Observasi Awal Situs Balak Banyuwangi

 Oleh: Irwan Kurniadi*)


Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur dengan segala potensinya memiliki latar belakang historis yang cukup kompleks. Di bidang kebudayaan, khususnya terkait potensi  Cagar budaya, salah satunya mengenai temuan artefaktual pada sekitar pertengahan April 2023, yaitu berupa struktur bata di Dusun Balak Kidul, Desa Balak, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi. Saat diobservasi TCB-YMBS (Tim Cagar Budaya- Yayasan Museum Balumbung Situbondo) beserta arkeolog Pemprov Jatim Abhiseka Naufal pada Jumat (28/4/2023) sejumlah fragmen bata dalam kondisi berserakan. Hal ini karena struktur yang berada di kedalaman kurang lebih 2 meter itu merupakan sebuah tambang lubang galian C.


Struktur bata yang sebelumnya diinformasikan  terhampar, pada kondisi Jumat (28/4/2023) sore, sebagian telah rusak. Observasi yang dilakukan pihak dinas terkait pada pagi harinya juga dalam kondisi demikian. Sejumlah fragmen bata posisinya berserakan. Sedangkan bagian yang utuh atau masih tertata terdapat di bawah lapisan tanah. Objek tersebut dapat terlihat dari arah samping seperti semacam pelataran.


Setidaknya, untuk sementara kenampakan struktur tersebut dalam luasan ukuran 10 meter, karena belum dilakukan ekskavasi secara resmi oleh pihak yang berwenang. Dapat dipastikan potensi luasan serta sebaran artefaktualnya  masih akan ditemukan di kedalaman maupun menyamping dari posisi keletakan struktur bata yang terhampar.  Penamaan lokasi temuan dan potensi arkeologisnya merujuk pada nama desa yakni Balak, sehingga Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB) tersebut oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banyuwangi diberi nama Situs Balak.



Salah satu sisi kenampakan struktur bata di Situs Balak.

(Foto: TCB-YMBS)


Pengamatan TCB-YMBS, salah satu bata memiliki dimensi panjang 35 cm, lebar 18 cm dan tebal 8 cm. Sementara, bata yang lain juga memiliki variasi motif pada bagian sisinya, sebagaimana lazimnya bata yang lain yaitu bekas torehan jari saat proses pembuatannya.



Berdasarkan informasi Khoirul Anam, pegiat sejarah Tegal Perangan 1771, mengenai temuan lepas seperti fragmen gerabah maupun fragmen keramik, ditemukan Hasan Mashudi yang kemudian diidentifikasi oleh pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banyuwangi, diketahui bermotif bunga dengan warna putih biru. Kemudian temuan yang dalam kondisi terbelah itu  disambungkan dengan perekat oleh salah seorang anggota TACB (Tim Ahli Cagar Budaya) Kabupaten Banyuwangi.



Tampak atas fragmen keramik. Saat didokumentasikan Jumat (28/4/2023) sore, pada bagian yang terbelah telah disambung dengan perekat.

(Foto: TCB-YMBS)


Saat TCB-YMBS melakukan pendokumentasian, fragmen keramik dalam kondisi telah tersambung perekat pada bagian yang terbelah. Namun, mengingat masih minimnya data lapangan, untuk menginterpretasi lini masa tinggalan arkeologis tersebut, TCB-YMBS menilai, dibutuhkan penelusuran lebih mendalam, termasuk memastikan potensi sebaran artefaktualnya.



Tampak bawah fragmen keramik.

(Foto: TCB-YMBS)


Sebagai pembanding, TCB-YMBS mendapatkan data dokumentasi temuan keramik serupa dari Situs Lamreh, Aceh Besar yang diduga dari Kesultanan Lamuri. Ciri artefak yang dimaksud adalah fragmen putih -biru dengan dekorasi bunga di dalam hiasan melingkar.

Meski sedikit ada perbedaan, yaitu terdapat hiasan melingkari dekorasi bunga pada fragmen keramik temuan Situs Lamreh. Sedangkan pada fragmen Situs Balak tidak terdapat hiasan lingkaran, namun komposisi dekorasi bunga di tengah cenderung mirip. 


Fragmen keramik putih-biru dengan dekorasi bunga di dalam hiasan lingkaran. Fragmen ini ditemukan di Situs Lamreh, Aceh Besar. Artefak ini merupakan tinggalan era Dinasti Ming abad ke-14.

(Foto:Amir Husni)



Salah satu fragmen tembikar yang ditemukan 

di Situs Balak.

(Foto: TCB-YMBS)



Tampak atas fragmen tembikar temuan Situs Balak.

(Foto: TCB-YMBS)


Beberapa variasi fragmen tembikar yang dimungkinkan sebagai wadah cukup signifikan temuannya di Situs Balak.

(Foto: TCB-YMBS)




Hamparan struktur bata tampak samping. Struktur bata dimungkinkan masih tertata rapi dalam tanah. 

(Foto: TCB-YMBS)


Dugaan Artefak


Sementara itu dalam jarak radius kurang lebih 100 meter dari titik struktur bata ditemukan sejumlah batu andesit yang memiliki bentuk antara lain: balok/ persegi panjang dengan ukuran lebih dari  setengah meter juga persegi dengan bentuk yang pipih. Saat ditemukan oleh TCB-YMBS, benda-benda ini dimanfaatkan sebagai tanggul aliran air yang keletakannya didekat pengisian bahan bakar alat berat tambang sirtu. TCB-YMBS beserta Komunitas Sejarah Tegal Perangan 1771, Prajurit Satu Wiwit serta BRAVO (Balambangan Royal Volunteers) mengobservasi temuan tersebut.


Arkeolog dari Tim Registrasi ODCB Jawa Timur Abhiseka Naufal menyatakan bahwa temuan itu dapat diduga sebagai artefak. Secara konteks lokasi, masih potensial untuk diteliti lebih lanjut. Dimungkinkan itu sebagai  bahan baku untuk fungsi alat tertentu.


Mungkinkah itu bakalan prasasti juga bakalan lingga? Tentu perlu penelusuran lebih mendalam mengingat objek tersebut eksitu. Kendati demikian, masih terbilang dalam lingkup Situs Balak. TCB-YMBS bahkan mendapati bahan baku yang memiliki dimensi serta ciri yang kurang lebih sama teruruk di pinggir jalan kendaraan berat di lokasi tersebut. Setidaknya, 4 sampel batu andesit yang sedikit terdapat bekas tatahan lama itu telah didokumentasikan.(*)






Empat buah batu andesit yang diduga artefak yang ditemukan TCB-YMBS, Komunitas Sejarah Tegal Perangan 1771, Prajurit Sayu Wiwit dan BRAVO (Balambangan Royal Volunteers) pada Jumat (28/4/2023) sore.

(Foto: TCB-YMBS)



*)Penulis adalah Ahli Cagar Budaya Pratama/anggota TACB Kabupaten Situbondo, Ketua Umum Yayasan Museum Balumbung Situbondo, Ketua TCB-YMBS (Tim Cagar Budaya Yayasan Museum Balumbung Situbondo), Kepala Museum Balumbung, Humas LSM Wirabhumi. Bergiat dalam advokasi pelestarian cagar budaya sejak tahun 2012 di wilayah tapal kuda.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama