Prasasti Lumbung (Bagian 1) Upaya Menguak Peradaban dari Het Verloren Paradijs (Surga Yang Hilang) di Silo Kabupaten Jember – Pendekatan Simbolik dan Kontekstual


Oleh

Y. Setiyo Hadi 


Pendahuluan


Pembacaan Prasasti Lumbung, di desa Karangharjo Kecamatan Silo, Kabupaten Jember, yang dilakukan oleh Ismail Lutfi dan  Andi Muhammad Said ternyata masih menyisakan misteri. Mereka hadir dalam rangka peninjauan yang dilakukan bersama Tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur terhadap keberadaan temuan Obyek Diduga Cagar Budaya (ODCB) berupa batu bertulis yang ramai di medsos disebut sebagai Prasasti Lumbung (lihat: YouTube resmi BPCB Jawa Timur: https://youtu.be/_gMQnwaGEGo ).



Tim BPCB Jatim sedang melakukan peninjauan terhadap Prasasti Lumbung.

(Foto:YBPP)


 Andi Muhammad Said menyebutkan adanya simbol-simbol prasejarah serta adanya tulisan yang menandakan dari masa klasik. Juga menyebutkan adanya anomali dalam susunan aksara atau huruf yang anomali. Serta huruf-huruf yang tidak sesuai pakem serta ada tanda-tanda yang tidak lazim, belum bisa menentukan apakah itu huruf Jawa Kuno atau Pallawa.


Bagian-bagian yang dapat diidentifikasi dari prasasti tersebut:

1. Lingkaran konsentris atau seperti obat nyamuk yang berjumlah tiga; tidak lazim ditemui di masa klasik, biasa ditemukan di masa prasejarah serta dalam tradisi kebudayaan megalitik, seperti: di Pasemah, di eninggalan megalitik Jawa Timur, diantaranya di Situbondo.

2. Bentuk seperti ketupat yang berjumlah dua, yang berkembang dari masa prasejarah berlanjut pada masa klasik sampai sekarang

3. Bingkai, yang didalamnya tersusun aksara. Bentuk bingkai didapati di Prasasti Pasrujambe Lumajang

4. Aksara dalam bingkai; ada tujuh (7) baris

5. Tipe hiasan yang menyerupai golok.







Aksara dalam Prasasti Lumbung masih menyimpan misteri. (Foto: TCB-YMBS)


Untuk analisis aksara tulisan dilakukan oleh Ismail Lutfi. Setelah menentukan jumlah baris huruf, kemudian menentukan posisi atas – bawah prasasti. Bagian bawah pada tepi batu berbentuk segitiga berdasarkan tulisan yang dapat dibaca, serta bagian atas adalah bagian yang datar.


Ada bentuk aksara yang anomali. Identifikasi aksara yang dapat diperoleh:

1. Unsur aksara Jawa Kuno;

2. Unsur aksara Pallawa;

3. Aksara Anomali, tidak lazim dari pola-pola yang dikenal, atau bisa disebut aksara di luar pakem;


Terdapat simbol lingkaran konsentris dan ketupat di sisi bingkai yang beraksara.

(Foto: Khozinul Ulum)



Sedangkan terkait dengan penentuan aksara, bahasa, dan terjemahannya tentunya diserahkan pada para epigraf dan pembaca naskah kuno. Sembari para epigraf dan pembaca naskah kuno bersepakat tentang isi tulisan dalam bingkai, hal yang menarik dikaji dalam tulisan selanjutnya adalah simbol-simbol dan kontekstual dari keberadaan prasasti tersebut.


Pendekatan Simbolik (simbolisme), secara umum, adalah suatu paham yang menggunakan simbol atau lambang atau tanda untuk membimbing pemikiran manusia ke arah pemahaman. Dalam prasasti Lumbung, seperti diuraikan oleh Tim BPCB Jawa Timur di atas, mengandung simbol-simbol :

1. Lingkaran konsentris yang berjumlah tiga. Lingkaran konsentris seperti obat nyamuk ini dapat diidentifikasi sebagai simbol kuno spiral (spiral Ancient symbols) yang melambangkan kekuatan atau energi yang diduga berkembang sejak era paleolitik, serta berkembang di masa klasik sampai sekarang.

2. Segitiga ketupat berjumlah dua; simbol  ketupat dapat diidentifikasi sebagai Ancient Diamond Symbol.

3. Bingkai (frame)

4. Tipe hiasan yang menyerupai golok. Secara kontekstual, di wilayah Silo, Kabupaten Jember memiliki senjata tradisional yang dikenal sebagai "Baddhung Pace".

5. Aksara atau tulisan, ini menjadi tugas para epigraf dan pembaca naskah kuno untuk menganalisisnya.


Pendekatan kontekstual terkait aspek historis dari keberadaan prasasti serta berbagai temuan yang ada di lingkungan.  Lingkungan sekitar temuan prasasti didapati banyak temuan arkeologis yang berasal dari era prasejarah, klasik, serta tradisi megalitik.


Antusiasme komunitas dari YBPP (Yayasan Boemi Poeger Persada) dan TCB-YMBS (Tim Cagar Budaya- Yayasan Museum Balumbung Situbondo) di lokasi Prasasti Lumbung. (Foto: Khozinul Ulum)



Jember, 1 Juni 2022


*)Penulis adalah Pembina YBPP, mengelola Museum Boemi Poeger. Penulis akrab dipanggil "Mas Yopi", nama penanya "Sang Kelana".


Post a Comment

أحدث أقدم